Sabtu, 19 November 2016

Zaman Socrates



Zaman Socrates
a.    Riwayat Hidup Socrates
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat tukang patung pula, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak manusia. Masa hidupnya hampir sejalan dengan perkembangan sofisme di Athena (Hatta, 1980 : 73).
Hari tuanya, Socrates melihat kota tumpah darahnya mulai mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang. Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Oleh sebab itu, ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun, ia juga kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda dinegerinya. Selain itu, ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau Tuhan-tuhan yang telah diakui negara (Anonim, 2011).
Sebagai kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan, ia mengatakan pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Socrates dituduh tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri (Hendi, 2008: 178-179).
b.    Ajaran Kefilsafatan Socrates
Socrates tidak pernah menulis sesuatu apa pun juga sehingga tidak ada seorang pun dapat memaparkan pemikiran-pemikiran Socrates berdasarkan hasil karya tulisnya sendiri. Socrates hanya dikenal lewat berbagai karya tulis murid-muridnya, yakni Aristophanes, Xenophon, Plato, dan karya tulis murid Plato, Aristoteles. Ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan Socrates yang ditampilkan oleh keempat orang itu pun tak begitu jelas dan tidak lengkap ( Rapar, 1996 : 99).
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat setiap orang, mengenai pendapat yang salah dan tidak salah, misalnya ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll.
Cara untuk menggapai kebenaran objektif itu, Socrates menggunakan suatu metode yang berlandaskan pada keyakinan yang erat digenggamnya. Socrates begitu yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang. Oleh karena itu, Socrates tidak mengajarkan kebenaran itu, melainkan berupaya menolong untuk mengungkapkan apa yang memang ada dan tersimpan didalam jiwa seseorang. Socrates mengatakan bahwa seperti apa yang dilakukan oleh ibunya, yang sering menolong orang melahirkan. Demikian pula yang dilakukan Socrates, ia menolong orang untuk melahirkan pengetahuan akan kebenaran yang dikandung oleh jiwanya. Socrates merasa terpanggil untuk melakukan tugas yang mirip dengan tugas ibunya, maka cara yang digunakannya pun disebutnya teknik kebidanan. Socrates mempraktekkan teknik kebidanan itu lewat percakapan. Socrates senantiasa menggunakan setiap kesempatan untuk berdialog dengan siapa saja yang berjumpa dengan dia. Karena Socrates selalu mengajak orang untuk bercakap-cakap, maka metode yang digunakan adalah metode dialektika ( Rapar, 1996 : 100-101 ).
Berdasarkan tulisan murid-muridnya, terutama Plato, ajaran Socrates bahwa jiwa manusia bukan hanya nafasnya saja, tetapi asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa adalah inti sari manusia, hakikat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Karena jiwa adalah inti sari manusia, maka manusia harus mengutamakan kebahagiaan jiwanya yang berarti memiliki jiwa yang baik, dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan lahiriah seperti kaya, sehat, dan lain-lain (Brouwer, 1986 : 25).
Menurut Socrates, alat untuk mencapai kebahagiaan adalah kebajikan. Akan tetapi kebajikan atau keutamaan disini tidak diartikan secara moral, melainkan secara yang lebih luas dari pada itu. Misalnya kebajikan tukang sepatu ialah menjadikan tukang sepatu yang baik, karena tahu pekerjaannya dengan baik, mempunyai keahlian dalam bidangnya itu. Demikian juga halnya dengan kebajikan atau keutamaan seorang politikus atau seorang petani dan lain-lain. Pendirian Socrates yang terkenal yakni keutamaan adalah pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia (Hadiwijono, 1995: 37).

C. Sumbangan Socrates Terhadap Pengembangan Kurikulum
Socrates berpandangan bahwa dengan berpengetahuan semua orang bisa mencapai kebaikan dan tak ada orang yang berbuat salah dengan penuh kesadaran. Plato sependapat dengan Socrates bahwa manusia memerlukan pendidikan agar berpengetahuan tetapi bukan pendidik yang terlau tradisional pada umunya dipraktekan secara meluas kurang kritis pada masa itu (Anonim, 2013).
Socrates mengutamakan jenis kurikulum yang tidak seperti didakwakan kepadanya melainkan, berkenaan pendidikan umum untuk semua warga yang diterapkannya secara tidak individualistic, tak relative menurut keinginan peserta didik dan keluarga yang membayar upahnya.
a)    Tujuan Pembelajaran
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah laku berkembang. Tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti, perubahan yang spikologis akan tampil dalam tingkah laku  (over behavior) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidup (Sugandi, 2004).
b)      Kurikulum yang Dikembangkan
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemampuan memilih isi dan bahan kurikulum yang berkualitas tidak hanya mempengaruhi apa yang dipelajari siswa, melainkan juga bagaimana mereka mempelajarinya. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambar pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa baik materi maupun aktivitas itu, seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Anonim, 2013).
c)      Proses Pembelajaran
Suatu perilaku pada saat orang yang belajar yang akan merespon dengan menjadi lebih baik dalam proses pembelajarannya terdapat dua hal penting, yaitu pemilihan stimulus deskriftif dan penggunaan peguatan. Seorang guru menemukan perilaku sifat positif dan negatif. Perilaku negatif akan dihilangkan sedangkan perilaku positif akan diperkuat. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu pempelajari perilaku, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan yang tidak berhasil (Sugandi, 2004).
d)     Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dalam pembelajaran terjadi secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, dan kecakapanya berkembang. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional dalam belajar. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik (Chandra, 2013).

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2013. Pengembangan Kurikulum. [Online]. Tersedia: http//gianikawan87.blogspot.co.id/2013/01/pengembangan-isi-kurikulum_3870.html.
Chandra. 2013. Hasil Proses Belajar. [Online]. Tersedia: http://gianikawan87.blogspot.co.id/2013/01/pengembangan-isi-kurikulum_3870.html.


Sugandi, Achmad,dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang :UPT MKK UNNES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar