A. Filsafat Yunani Klasik
1.
Sekitar Filsafat Yunani Klasik
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata
tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis
yang berasal dari kata kerja philien
yang berarti mencintai atau philia
yang berarti cinta, dan saphia yang
berarti kearifan, dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya di terjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang
ada (Anonim, 2011).
Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam
dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Filsafat merupakan induk agama
dari ilmu-ilmu dan filsafat mengenai semua pengetahuan sebagai bidangnya (Rene,
2012). Menurut Bertens (1999: 201) bahwa filsafat adalah tidak lebih dari suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau
dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam
kebiasaan ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan
yang sudah ada semenjak zaman Yunani hal-hal pokok yang telah sama. Pertanyaan-pertanyaan apa yang
dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya. Hal-hal apa yang ada
dan bagaimana hubungannya. Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu
pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam upaya
melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia
terhadap kecenderungan ilmiah. Filsafat sebagai suatu alat untuk membuat
penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan
(Bertens, 1999)
Aliran yang mengawali periode Yunani klasik adalah sofisme, kata sophos berarti arif atau pandai, yaitu
gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan. Periode Yunani klasik
perkembangan filsafat menunjukan kepastian, yaitu ditandainya semakin besar
minat orang terhadap filsafat. Zaman klasik bermula dengan Socrates, tetapi
Socrates belum sampai kepada sesuatu sistem filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Sistem
ajaran filosofi klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasaran ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etik
beserta Folosofi
alam yang berkembang sebelum Socrates.
Plato mencapai titik persatuan dalam filosofi grik yang selama itu
menyatakan perbadaan pandangan. Dengan itu terdapat, untuk pertama kali dalam
sejarah dunia barat, suatu sistem pandangan yang menyuluhi keseluruhannya dari
satu pokok. Aristoteles meneruskan pokok pengertian Plato dan membangun suatu
sistem filosofi yang di dalamnya terdapat tempat tersendiri bagi berbagai ilmu
spesial. Buah pikiran dalam sistem pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai
alam pikiran orang barat sampai kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang
memberikan nama klasik kepada filosofi mereka.
2.
Letak Perbedaan Pemikiran Filosof
Yunani Kuno dan Yunani Klasik
a. Yunani
Kuno
Filsafat Yunani
kuno pada akhirnya memunculkan sebuah peradaban mesopotamia. Filsafat ini
lahir di Irak.
Kemudian lambat laun filsafat ini menyebar lebih luas lagi didaerah Alexandria.
Orang pada zaman yunani kuno sangat menyukai mitos dan dongeng-dongeng,
sehingga masyarakat dunia menganggap filsafat lahir dari Yunani. Namun lambat laun
perkembangan dunia filsafat mengalami pergeseran. Tak ada lagi percaya pada
mitos sehingga mereka memaksimalkan akal murni untuk menguak misteri kehidupan.
Filsafat Yunani
kuno lahir dengan ide
yang diusungnya tentang alam. Bahwa alam berasal dari air dan akan
kembali menjadi air
(Mustansyir, 2009).
Tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya Demokrates, Pythagoras, dan Thales.
Kosmosentris menjadi minat mereka untuk diteliti menggunakan akal Thales bahkan
dijuluki sebagai bapaknya filsafat. Sedangkan Pythagoras beranggapan lain
tentang kosmosentris. Dia menilai bahwa
alam ada karena factor misteri bilangan. Ada kekuatan dan ada makna yang
mendalam disetiap bilangan (Mustansyir, 2009).
b. Yunani Klasik
Berbeda
dengan filsafat Yunani kuno,
tokoh-tokoh filsafat Yunani
kalsik lebih senang menggunakan akal mereka untuk meneliti tentang manusia
(antrophosentris). Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Socrates.
Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan jejak tulisan satu pun, sehingga yang mendokumentasikan
riwayat hidupnya adalah Plato, muridnya.
Mengenai ide Socrates itu bagus dengan mengajak kawula muda
memahami hidup sebagai manusia yang beretika dan bermoral. Plato sendiri lebih
sepakat bahwa hidup itu alam dan pengalaman. Tetapi ide tersebut ditentang oleh
Aritoteles, muridnya, yang mengatakan bahwa realitas sesungguhnya bukan alam
ide, tetapi kenyataan yang konkret. Pada zaman Aritoteles inilah, filsafat Yunani
klasik mengalami masa keemasan dengan metode berfikir sistematis yang ditemukannya.
Setelah itu, filsafat Yunani
kuno mengalami kemunduran dan baru berkembang lagi meski dalam kondisi yang
sangat dibatasi oleh gereja setelah lima abad. Kemudian masa kegelapan
terjadi meski pemikiran tokoh-tokoh filsafat bermunculan. Jika ketahuan ide
filsafat mereka membawa agama maka gereja langsung melarangnya. Kebebasan
berfikir pada masa ini begitu terikat dengan maunya gereja (Mustansyir, 2009).
Jadi pada intinya
perbedaan filsafat yunani klasik dengan yunani kuno yaitu dilihat dari
perkembangan pemikirannya. Jika filsafat Yunani kuno masih sangat menyukai mitos dan
dongeng-dongeng sedangkan Yunani
klasik lebih senang menggunakan akal mereka untuk meneliti tentang manusia
(antrophosentris).
DAFTAR PUSTAKA
Bertens,
K. 1999. Sejarah Filsafat yunani. Yogyakarta: Kanisus.
Mustansyir, R.
2009. Filsafat Umum. Yogyakarta:
Pustaka belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar