Kamis, 10 November 2016

FILSAFAT YUNANI KLASIK




A.  Filsafat Yunani Klasik
1.    Sekitar Filsafat Yunani Klasik
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philien yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta, dan saphia yang berarti kearifan, dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya di terjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (Anonim, 2011).
Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Filsafat merupakan induk agama dari ilmu-ilmu dan filsafat mengenai semua pengetahuan sebagai bidangnya (Rene, 2012). Menurut Bertens (1999: 201) bahwa filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah ada semenjak zaman Yunani hal-hal pokok yang telah sama. Pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya. Hal-hal apa yang ada dan bagaimana hubungannya. Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan ilmiah. Filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan (Bertens, 1999)
Aliran yang mengawali periode Yunani klasik adalah sofisme, kata sophos berarti arif atau pandai, yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan. Periode Yunani klasik perkembangan filsafat menunjukan kepastian, yaitu ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Zaman klasik bermula dengan Socrates, tetapi Socrates belum sampai kepada sesuatu sistem filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Sistem ajaran filosofi klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasaran ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etik  beserta Folosofi alam yang berkembang sebelum Socrates.
Plato mencapai titik persatuan dalam filosofi grik yang selama itu menyatakan perbadaan pandangan. Dengan itu terdapat, untuk pertama kali dalam sejarah dunia barat, suatu sistem pandangan yang menyuluhi keseluruhannya dari satu pokok. Aristoteles meneruskan pokok pengertian Plato dan membangun suatu sistem filosofi yang di dalamnya terdapat tempat tersendiri bagi berbagai ilmu spesial. Buah pikiran dalam sistem pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai alam pikiran orang barat sampai kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang memberikan nama klasik kepada filosofi mereka.
2.    Letak Perbedaan Pemikiran Filosof Yunani Kuno dan Yunani Klasik
a.       Yunani Kuno
Filsafat Yunani kuno pada akhirnya memunculkan sebuah peradaban mesopotamia. Filsafat ini lahir di Irak. Kemudian lambat laun filsafat ini menyebar lebih luas lagi didaerah Alexandria. Orang pada zaman yunani kuno sangat menyukai mitos dan dongeng-dongeng, sehingga masyarakat dunia menganggap filsafat lahir dari Yunani. Namun lambat laun perkembangan dunia filsafat mengalami pergeseran. Tak ada lagi percaya pada mitos sehingga mereka memaksimalkan akal murni untuk menguak misteri kehidupan. Filsafat Yunani kuno lahir dengan ide yang diusungnya tentang alam. Bahwa alam berasal dari air dan akan kembali menjadi air (Mustansyir, 2009).
Tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya Demokrates, Pythagoras, dan Thales. Kosmosentris menjadi minat mereka untuk diteliti menggunakan akal Thales bahkan dijuluki sebagai bapaknya filsafat. Sedangkan Pythagoras beranggapan lain tentang  kosmosentris. Dia menilai bahwa alam ada karena factor misteri bilangan. Ada kekuatan dan ada makna yang mendalam disetiap bilangan (Mustansyir, 2009).
b.      Yunani Klasik
Berbeda dengan filsafat Yunani kuno, tokoh-tokoh filsafat Yunani kalsik lebih senang menggunakan akal mereka untuk meneliti tentang manusia (antrophosentris). Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Socrates. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan jejak tulisan satu pun, sehingga yang mendokumentasikan riwayat hidupnya adalah Plato, muridnya. Mengenai ide Socrates itu bagus dengan mengajak kawula muda memahami hidup sebagai manusia yang beretika dan bermoral. Plato sendiri lebih sepakat bahwa hidup itu alam dan pengalaman. Tetapi ide tersebut ditentang oleh Aritoteles, muridnya, yang mengatakan bahwa realitas sesungguhnya bukan alam ide, tetapi kenyataan yang konkret. Pada zaman Aritoteles inilah, filsafat Yunani klasik mengalami masa keemasan dengan metode berfikir sistematis yang ditemukannya.
Setelah itu, filsafat Yunani kuno mengalami kemunduran dan baru berkembang lagi meski dalam kondisi yang sangat dibatasi oleh gereja setelah lima abad. Kemudian masa kegelapan terjadi meski pemikiran tokoh-tokoh filsafat bermunculan. Jika ketahuan ide filsafat mereka membawa agama maka gereja langsung melarangnya. Kebebasan berfikir pada masa ini begitu terikat dengan maunya gereja (Mustansyir, 2009).
Jadi pada intinya perbedaan filsafat yunani klasik dengan yunani kuno yaitu dilihat dari perkembangan pemikirannya. Jika filsafat Yunani kuno masih sangat menyukai mitos dan dongeng-dongeng sedangkan Yunani klasik lebih senang menggunakan akal mereka untuk meneliti tentang manusia (antrophosentris).
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat yunani. Yogyakarta: Kanisus. 
Mustansyir, R. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Pustaka belajar
Anonim. 2011. Filsafah Yunani Klasik. [Online]. Tersedia: www.google.com//filsafah yunani klasik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar