Zaman Socrates
a.
Riwayat
Hidup Socrates
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM.
Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada
permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat
tukang patung pula, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung,
ia membentuk watak manusia. Masa hidupnya hampir sejalan dengan perkembangan
sofisme di Athena (Hatta, 1980 : 73).
Hari tuanya, Socrates melihat kota tumpah darahnya
mulai mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang. Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Oleh sebab itu,
ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun, ia juga
kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak
moral para pemuda dinegerinya. Selain itu, ia juga dituduh menolak dewa-dewa
atau Tuhan-tuhan yang telah diakui negara (Anonim, 2011).
Sebagai kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia
diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan, ia mengatakan
pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudul
Apologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Socrates dituduh tidak hanya
menentang agama yang diakui oleh Negara, juga mengajarkan agama baru buatannya
sendiri (Hendi, 2008: 178-179).
b.
Ajaran Kefilsafatan Socrates
Socrates tidak pernah menulis sesuatu apa pun juga sehingga tidak ada
seorang pun dapat memaparkan pemikiran-pemikiran Socrates berdasarkan hasil karya tulisnya sendiri. Socrates hanya dikenal
lewat berbagai karya tulis murid-muridnya, yakni Aristophanes, Xenophon, Plato,
dan karya tulis murid Plato, Aristoteles. Ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
Socrates yang ditampilkan oleh keempat orang itu pun tak begitu jelas dan
tidak lengkap ( Rapar, 1996 : 99).
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak
bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang
dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates
menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat setiap orang, mengenai
pendapat yang salah dan tidak salah, misalnya ia bertanya kepada negarawan,
hakim, tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah dan
tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll.
Cara untuk menggapai kebenaran objektif itu, Socrates menggunakan
suatu metode yang berlandaskan pada keyakinan yang erat digenggamnya. Socrates
begitu yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa
setiap orang. Oleh karena itu, Socrates tidak mengajarkan kebenaran itu,
melainkan berupaya menolong untuk mengungkapkan apa yang memang ada dan tersimpan
didalam jiwa seseorang. Socrates mengatakan bahwa seperti apa yang dilakukan
oleh ibunya, yang sering menolong orang melahirkan. Demikian pula yang
dilakukan Socrates, ia menolong orang untuk melahirkan pengetahuan akan
kebenaran yang dikandung oleh jiwanya. Socrates merasa terpanggil untuk
melakukan tugas yang mirip dengan tugas ibunya, maka cara yang digunakannya pun
disebutnya teknik kebidanan. Socrates mempraktekkan teknik kebidanan itu lewat
percakapan. Socrates senantiasa menggunakan setiap kesempatan untuk berdialog
dengan siapa saja yang berjumpa dengan dia. Karena Socrates selalu mengajak
orang untuk bercakap-cakap, maka metode yang digunakan adalah metode dialektika
( Rapar, 1996 : 100-101 ).
Berdasarkan tulisan murid-muridnya, terutama Plato, ajaran Socrates bahwa jiwa manusia bukan hanya nafasnya saja, tetapi asas hidup manusia
dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa adalah inti sari manusia, hakikat manusia
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Karena jiwa adalah inti sari manusia,
maka manusia harus mengutamakan kebahagiaan jiwanya yang berarti memiliki jiwa
yang baik, dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan lahiriah seperti
kaya, sehat, dan lain-lain (Brouwer, 1986 : 25).
Menurut Socrates, alat untuk mencapai kebahagiaan adalah kebajikan.
Akan tetapi kebajikan atau keutamaan disini tidak diartikan secara moral,
melainkan secara yang lebih luas dari pada itu. Misalnya kebajikan tukang
sepatu ialah menjadikan tukang sepatu yang baik, karena tahu pekerjaannya
dengan baik, mempunyai keahlian dalam bidangnya itu. Demikian juga halnya
dengan kebajikan atau keutamaan seorang politikus atau seorang petani dan lain-lain.
Pendirian Socrates yang terkenal yakni “keutamaan
adalah pengetahuan”. Keutamaan di
bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti
mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat
dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia (Hadiwijono,
1995: 37).
C. Sumbangan Socrates Terhadap
Pengembangan Kurikulum
Socrates berpandangan bahwa dengan berpengetahuan semua orang bisa mencapai
kebaikan dan tak ada orang yang berbuat salah dengan penuh kesadaran. Plato
sependapat dengan Socrates bahwa manusia memerlukan pendidikan agar
berpengetahuan tetapi bukan pendidik yang terlau tradisional pada umunya
dipraktekan secara meluas kurang kritis pada masa itu (Anonim, 2013).
Socrates mengutamakan jenis kurikulum yang tidak seperti didakwakan
kepadanya melainkan, berkenaan pendidikan umum untuk semua warga yang
diterapkannya secara tidak individualistic, tak relative menurut keinginan peserta
didik dan keluarga yang membayar upahnya.
a)
Tujuan Pembelajaran
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah laku berkembang. Tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan
tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar seperti, perubahan yang spikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behavior) yang dapat diamati melalui
alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidup
(Sugandi, 2004).
b)
Kurikulum yang Dikembangkan
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Kurikulum adalah
seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemampuan memilih isi dan bahan kurikulum
yang berkualitas tidak hanya mempengaruhi apa yang dipelajari siswa, melainkan
juga bagaimana mereka mempelajarinya. Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum
menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambar pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa baik materi maupun aktivitas itu, seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Anonim, 2013).
c)
Proses Pembelajaran
Suatu perilaku pada saat orang yang belajar yang akan merespon
dengan menjadi lebih baik dalam proses pembelajarannya terdapat dua hal
penting, yaitu pemilihan stimulus deskriftif dan penggunaan peguatan. Seorang
guru menemukan perilaku sifat positif dan negatif. Perilaku negatif akan
dihilangkan sedangkan perilaku positif akan diperkuat. Program pembelajaran ini
berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu pempelajari perilaku,
guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan yang tidak berhasil
(Sugandi, 2004).
d)
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dalam pembelajaran terjadi secara sadar,
sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, dan
kecakapanya berkembang. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional
dalam belajar. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa
menuju perubahan yang lebih baik (Chandra, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Filsafah Yunani Klasik. [Online]. Tersedia: http://nhovhaddisinilovekempo.blogspot.co.id/2011/12/
filsafat- yunani- klasik- by-nova.html.
Anonim. 2013. Pengembangan
Kurikulum. [Online].
Tersedia: http//gianikawan87.blogspot.co.id/2013/01/pengembangan-isi-kurikulum_3870.html.
Chandra.
2013. Hasil Proses Belajar. [Online]. Tersedia: http://gianikawan87.blogspot.co.id/2013/01/pengembangan-isi-kurikulum_3870.html.
Sugandi, Achmad,dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang :UPT MKK UNNES